15 December 2006

KENAPA ARTIS GAMPANG BERCERAI?

1 komentar

Dalam 10 hari terakhir ini, saya berkesempatan bertemu dengan beberapa artis dan juga presenter "papan atas" di rekaman beberapa program untuk tayangan TV. Dan karena topik perceraian di kalangan artis memang tampaknya hangat, tentu saja akhirnya kita pun berbicara mengenai hal ini. Yang membuat saya terperangah, bahkan sempat melompong, adalah ketika Erwin Parengkuan mengingatkan bahwa sebagian besar penggugat justru si perempuan! "Ada apa nih, Mbak?" begitu rata-rata pertanyaan mereka kepada saya.

KLIK - Detail Menjawab pertanyaan: "Bagaimana Anda menghayati peran dalam sebuah sinetron?" Mediana Hutomo yang tampak cerdas dan penuh percaya diri itu mengatakan bahwa saat dirias, ia mulai membayangkan bagaimana ia harus "berakting" di depan kamera. Dan sejalan dengan persiapan fisik yang terkait dengan kostum, suasana di lokasi dan selanjutnya, ia lalu siap ketika harus mulai action.

Tetapi, kalau untuk "masuk" terasa mulus, ketika syuting berakhir dan mestinya artis kembali menjadi dirinya sendiri, mulailah ada masalah.

Tak semudah menanggalkan kostum, apalagi kalau kita berada dalam sebuah peran untuk waktu lama, kejar tayang, dan syuting tak cuma satu sinetron! Maka, jangan heran bila di luar setting panggung, seorang artis biasanya bisa kita tebak, dari gaya berjalan, menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, atau dari derai tawanya, sekali pun kita di belakangnya! Lalu, orang awam biasanya berkomentar: "Ah, namanya juga artis!"

Rupanya, memisahkan kehidupan keseharian yang mestinya disikapi dengan meletakkan diri dalam setting kehidupan yang normal-normal saja, juga susah. Taruhlah, si artis sebenarnya ingin sekali tidak dikenal orang, bisa belanja ke pasar becek dengan leluasa, biasanya lingkungan tidak mau "melepaskan" sosok yang biasanya cuma ia lihat di layar TV dan berlalu begitu saja di depannya. Ada yang sampai biru dicubiti orang, bahkan diajak ngobrol, cari tustel untuk berfoto dan seterusnya. Semua ini menyebabkan banyak privasi yang harus dikorbankan, dan pada gilirannya, lalu membatasi pula ruang geraknya!

Sahabat saya, Didi Petet, pernah menelepon saya dengan kecemasan tinggi, ketika kami sama-sama ada di Medan. Rupanya, mobil penjemput terlambat datang dan ia mulai panik, karena orang-orang yang mengenali dirinya (artis yang ini sangat rendah hati, tak pernah mengatakan "penggemar saya," dan selalu menyebut fans-nya dengan "orang yang mengenali wajah saya") makin lama makin banyak mengelilinginya, mulai colek-colek, tarik-tarik dan seterusnya. Sesuatu yang pasti tak akan pernah terjadi pada kita yang bukan selebritis, walau terlambat dijemput 2 jam sekali pun!

Kalau seorang artis lalu "lupa" memisahkan kehidupan keseharian yang wajar-wajar saja seperti kehidupan orang biasa dengan gemerlap selebritis yang penuh puja-puji serta sorotan yang tak henti dari khalayak, tentunya ia jadi punya kebutuhan besar untuk diperhatikan orang, menjadi pusat perhatian, dan sebaliknya, kurang sekali kebutuhannya untuk memahami orang lain, peka terhadap kebutuhan orang (wong selalu dibutuhkan, kok?) dan apalagi, mengagumi orang lain, bukan?

CERAI, BAGIAN GAYA HIDUP

Pelan tetapi pasti, kebutuhan seorang selebritis tentu menjadi berbeda dengan orang awam. Terbiasa disorot, bila ini terkait dengan sosok yang paham benar apa artinya menjadi terkenal, biasanya membuahkan pernyataan: "Yah, risiko pekerjaan deh, banyak sekali kehidupan kita yang diincar untuk jadi komoditi publik," begitu kata Dewi Yull dengan bijaknya.

Tetapi, Desy Ratnasari pernah dengan nada kesal mengatakan: "Rumah tangga sama dengan sebuah pemerintahan, yang ada aturan-aturan yang disepakati dan hal-hal yang pelakunya tak ingin ini menjadi konsumsi publik. Lagipula, saya membiayai rumah tangga sendiri, kok, jadi saya berhak mengaturnya dan mengatakan apa yang ingin saya katakan dan sebaliknya." Tegas sekali, dan ini pastilah merupakan buah dari kekesalan akibat selalu "dikuntit" dengan rasa ingin tahu yang besar guna memenuhi kebutuhan infotainment yang, masya Allah, tiada hari tanpa tayangan tentang kehidupan selebritis.

Kalau ada pernyataan yang mengatakan bahwa karena yang cerai adalah selebritis maka itu menjadi sorotan, sementara orang awam juga banyak yang menikah, memang tak ada data penunjang untuk membenarkan atau membantahnya. Tetapi, kalau kita ikuti berita perceraian atau perpisahan di kalangan selebritis, mudah sekali kita menyebut daftar yang (cukup) panjang di kurun waktu beberapa bulan terakhir ini saja.

Yang menumbuhkan keprihatinan sebenarnya ada 2 hal. Pertama, ada sebuah persepsi keliru di kalangan masyarakat. Menjadi selebritis biasanya lekat dengan pemuasan mimpi duniawi kita. Rumah bagus, mobil mewah, pakaian gemerlapan, banyak teman dan kehidupan yang glamor. Tanyalah anak-anak yang berangkat remaja, pasti dari 5 anak, paling sedikit 3 mengatakan ingin menjadi entah artis, presenter, penyanyi, yang semuanya dekat dengan gambaran di atas!

Lalu, bagaimana kalau cerai juga dianggap bagian identik dari hidup yang didambakan ini? Bukankah perkawinan lalu akan menjadi sebuah dari sekian banyak rangkaian peristiwa hidup saja? Maka, mudahnya mengatakan cerai dan kemudian melakukannya, bisa-bisa juga dianggap sebagai bagian dari apa yang perlu ditiru dari kalangan selebritis.

Yang kedua, untuk para selebritis sendiri, beban sosial (kalau beban moral kok rasanya muluk-muluk) yang timbul dari predikat menjanda, yang mestinya juga bisa berfungsi sebagai REM untuk tidak mudah-mudah amat memutuskan bercerai, lalu tidak terasa berat lagi. "Ah, semua teman juga begitu kok? Malah kalau nggak begitu, bukan selebritis dong namanya?"

Pada posisi di mana sebagian masyarakat justru berkiblat pada para seleb ini, akan lebih baik kalau hal-hal positif yang lekat dengan kehidupan para seleb, juga memasukkan unsur kelangsungan perkawinan, sebagai salah satu "jati diri" sang seleb! Bukan sebaliknya, kalau seleb mestinya gampang dong kawin-cerai.

Gugatan Cerai Ira Maya Sopha Diragukan

1 komentar

Niat mantan artis cilik Ira Maya Sopha (38) mengakhiri biduk rumah tangganya bersama Ari Anto (39) tampaknya tak semulus yang dibayangkan. Pasalnya, Ari berjuang keras agar rumah tangganya tetap utuh. Alasan Ira untuk cerai pun diragukan.

Hal itu terlihat dalam sidang lanjutan perceraian mereka yang digelar di Pengadilan Agama (PA) Jakarta Selatan, Selasa (28/11). Agenda sidang kemarin adalah pemeriksaan bukti tertulis dan keterangan tiga orang saksi dari pihak Ari Anto. Sidang pun berlangsung alot.

Untuk para saksi, selain menghadirkan dua orang baby sitter (Zainatun dan Sundari), Ari juga menghadirkan saksi bernama Husni Thamrin, paman sekaligus sebagai saksi kala Ari dan Ira melangsungkan pernikahan.

Dipilihnya para saksi tersebut menurut Finanta, kuasa hukum Ari, adalah untuk membuktikan bahwa selama ini rumah tangga kliennya adem ayem dan tidak ada persoalan yang terbilang pelik. "Memang saat sidang tadi ada beberapa keberatan dari pihak Ibu Ira dengan keterangan saksi-saksi yang kami ajukan. Tapi saya kira itu suatu yang wajar. Kami punya pertimbangan bahwa dua baby sitter mengetahui bagaimana kehidupan rumah tangga mereka, karena 24 jam berada di rumah. Dan mereka bekerja di sana sudah cukup lama," kata Finanta saat ditemui seusai sidang.

Sedangkan dihadirkannya Husni Thamrin sebagai saksi, diharapkan menjadi jembatan antara Ari dengan Ira, untuk kembali melakukan mediasi. Apalagi, kala itu dia menjadi saksi pernikahan mereka dan sedikit banyak juga tahu kehidupan rumah tangga Ari dan Ira.

Saat dimintai komentarnya, Husni Thamrin berharap niatnya untuk membantu mempertahankan rumah tangga Ira dan Ari bisa berhasil. "Saya bersedia menjadi saksi karena setahu saya rumah tangga mereka tidak pernah terjadi pertentangan. Makanya saya kaget Ira kok justru minta cerai," kata Husni.

Husni mengatakan, kalau sekarang tiba-tiba Ira minta cerai dengan alasan ada perbedaan prinsip dan sudah tidak ada kecocokan lagi, kenapa baru sekarang hal itu muncul. "Tidak cocok kok anaknya mbrojol (keluar/melahirkan--Red) empat anak. Apanya yang nggak cocok?" katanya.

Di luar sidang, Husni mengaku punya rencana sendiri untuk melakukan pendekatan kepada Ira dan Ari agar rumah tangga bisa kembali bersatu. Apa rencana itu? "Tahap awal, saya bertemu dengan kedua orangtua Ira dan Ari. Saya mencoba melibatkan banyak pihak agar Ira bisa berpikir ulang untuk cerai karena keluarga besarnya berharap dia mencabut kembali gugatannya dan bersatu kembali," kata Husni.

Pada kesempatan itu, Finanta mengklarifikasi munculnya pemberitaan bahwa Ari melakukan tindakan kekerasan fisik, yakni memukul Ira. "Perlu saya luruskan, itu sama sekali tidak ada. Kami juga kaget muncul berita soal kekerasan fisik yang dilakukan Ari. Kalau memang Ari melakukan, silakan dibuktikan," katanya.

Dalam sidang kemarin, Ira hadir didampingi kuasa hukumnya, Fery Firman Nur Wahyu. Sidang digelar sekitar pukul 10.00 dan berlangsung hampir satu setengah jam. Sikap Ira tidak seperti pada sidang-sidang sebelumnya. Ira langsung ngeloyor menuju mobilnya begitu sidang usai. Ia pun jadi pelit bicara.

Sambil bergegas masuk mobilnya, Mercedes SLK 320 silver nopol B 1839 KL, kepada wartawan dan pekerja infotainment, pelantun Sepatu Kaca ini hanya berujar, "Sampai ketemu tanggal 5 Desember ya. Udah ya, maaf ya, hati-hati nanti mobil saya kena."

Sidang akan dilanjutkan Selasa (5/12). Agenda sidang masih seputar keterangan saksi dari pihak Ari. Menurut Finanta, rencananya ia kembali akan membawa saksi lain yang mengetahui langsung kehidupan rumah tangga Ira dan Ari, salah satunya adalah sopir pribadi mereka. (ign)

RAMAI-RAMAI CERAI BERAI

0 komentar


Pekan lalu tiga artis terungkap sedang berurusan dengan perceraian, yaitu Kiki Fatmala, Ira Maya Sopha dan Koes Hendratmo. Walau kelihatan harmonis, ternyata rumah tangga mereka sudah lama bermasalah.

Mengenai perceraiannya, Kiki Fatmala sengaja menggelar jumpa pers yang berlangsung di kediamannya di bilangan Pondok Indah, Jakarta Selatan (28/8). "Dalam hidup berumah tangga ada saja masalah yang timbul. Lalu komunikasi, ada saja yang tidak disukai pasangan. Kita sudah berusaha saling memperbaiki. Tetapi kalau tidak ada titik temu…lebih baik cerai saja," tutur Kiki beralasan.

Sebelumnya memang telah beredar kabar rumah tangga Kiki dan Christian Froschl, suaminya, tidak lagi harmonis. Namun Kiki waktu itu enggan dimintai konfirmasinya. Baru pada kesempatan jumpa pers, Kiki mengakui kalau ia sudah pisah rumah selama lima bulan dengan Christian. "Itu terjadi setelah kami berselisih. Tapi saat itu belum ada keinginan bercerai. Kami masih ingin saling introspeksi, saling mikir untuk bisa memperbaiki hubungan. Siapa tahu bisa rukun kembali," katanya.

Namun mereka berdua tak menemukan jalan keluar, walau waktu untuk saling introspeksi lumayan panjang. Kiki kemudian menyampaikan keputusan untuk bercerai saja. Walau pada awalnya Christian masih ingin rujuk, ia akhirnya menyetujui keinginan Kiki.

Tak ingin seperti pasangan lain yang telah berpisah, Kiki sepakat dengan Christian untuk tetap berhubungan baik. Dengan alasan itu, makanya ia tak mau mengungkapkan masalah yang terjadi. "Sebab saya enggak suka saling menjelekkan. Biar bagaimana pun dulu saya mencintai dia. Tentang kenapa-kenapa, biarlah kami berdua yang tahu. Bukan untuk konsumsi publik," imbuh Kiki yang membantah Christian telah berselingkuh. Perceraian ini pun tak menyinggung masalah harta gono-gini.

Kiki dan Christian menikah di Swetle, Austria, 14 Agustus 2004 lalu, dan sudah didaftarkan di Kantor Catatan Sipil, Jakarta. Dengan percerian ini, hari Senin itu juga Kiki menandatangani surat kuasa untuk membatalkan pernikahan itu ke pengacara Sonie Sudarsono, S.H. "Saya akan mengajukan proses pembatalan tersebut melalui Kedubes Austria di Jakarta dalam waktu dekat," ujar Sony.

Dua Tahun Konflik
Sedangkan kasus gugat cerai Koes Hendratmo, sudah memasuki sidang kedua di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Rabu (30/8) lalu memasuki sidang kedua. Koes yang menggugat sang istri, Herdawati Bakrie, tidak datang. Sedang Herda (55) datang ditemani ketiga anaknya, Anda, Bonita, dan Candisa, serta kuasa hukumnya, Subyakto, SH. Tampak juga hadir MC dan penyanyi kawakan, Hakim Tobing. Yang disebut terakhir adalah teman dekat Koes.

Herda tampak grogi menghadapi persidangan. "Kabar saya, kabar-kabur," ujar wanita cantik ini sambil mencoba tersenyum. Namun matanya tampak berkaca-kaca. Usai sidang, Herda yang dikawal Bonita, mengaku tak bisa bercerita banyak mengenai kemelut rumah tangganya. "Saya bingung harus cerita apa. Saat ini saya memang belum bisa berkomentar banyak. Kan, belum ada kejadian apa-apa. Belum ada perceraian juga," ujar Herda terlihat berusaha tabah. Disinggung mengenai penyebab sang suami menggugat talak dirinya, sambil menerawang Herda berujar, "Tanyakan sama yang menggugat, deh."

Hakim sendiri sangat menyayangkan kehancuran rumah tangga pasangan Koes-Herda. "Saya benar-benar sedih. Saya sama sekali tidak setuju kalau mereka sampai bercerai. Tiga puluh tahun lebih mereka jatuh bangun bersama. Sekarang anak-anak sudah besar dan sukses. Mengapa di saat mendekati ending, mereka malah ingin bercerai. Saya sama sekali tidak setuju. Mereka sudah berumur. Enggak usahlah pakai bercerai segala," ujar Hakim serius.

Menurut Hakim, mahligai rumah tangga Koes-Herda memang kerap dilanda konflik. "Tapi baru 2 tahun belakangan ini saja, kok, mereka mengalami konflik yang berat. Sebelumnya memang ada pertengkaran, tapi hanya ibarat kerikil-kerikil kecil di sepanjang perjalanan hidup mereka saja." Yang unik, cerita Hakim, meski sering bertengkar, Koes-Herda selalu berbaikan kembali. "Baru berantem, enggak lama sudah ketawa-ketawa lagi. Selalu begitu. Nah, kenapa untuk sekarang enggak begitu lagi? Baikan lagi?"

Memang, lanjut Hakim, masalah kali ini lebih berat dari biasanya. "Apa masalahnya, biarlah mereka berdua yang menceritakan. Jangan saya," ujar Hakim yang menilai baik Koes maupun Herda, sama-sama pribadi yang keras. "Tapi melihat bahwa kali ini yang menggugat adalah Koes, ya bisa dibilang dialah yang lebih menginginkan perceraian," ujar Hakim yang tak membantah saat ditanya apakah ketiga anak mereka, Anda, Bonita, dan Candisa, lebih memihak sang ibu, ketimbang ayah mereka.

Diakui Hakim, pernikahan Koes-Herda sudah sulit untuk diselamatkan. "Tapi siapa yang tahu. Mungkin saja ada miracle," ujar Hakim. Hakim tak menyangka rumah tangga sahabatnya bakal menjalani cobaan seperti ini. Ia tak sanggup membayangkan pasangan serasi ini jika harus bubar.

"Kalau ingat masa-masa dulu, saya sampai menangis. Ingat bagaimana dulu Koes dan Herda pacaran. Pada masa itu kan, saya dan Koes baru merintis karir, sementara Herda masih remaja, masih kecil. Tapi dia cantik sekali. Enggak ada bintang film di Jakarta pada masa itu yang bisa menyaingi kecantikan Herda. Pokoknya Herda dan Koes itu serasi sekali," tutur Hakim

Enam Tahun Bermasalah

Sementara itu, Ira Maya Sopha menjalani persidangan pertama di Pengadilan Agama (PA) Jakarta Selatan, (29/8) lalu, setelah Ira menggugat cerai Ari, suaminya, 15 Agustus lalu. Ketidakharmonisan hubungan keduanya ternyata sudah berlangsung lama, sekitar enam tahun.

Usai sidang Ira bergegas menghindari wartawan yang menghadangnya. "Masih memungkinkan untuk berdamai, kok. Semua saya serahkan kepada pengacara saya," ujar Ira sambil memasuki mobil sport-nya. Sementara Ari menghilang dari pandangan wartawan dengan cara meninggalkan mobilnya di halaman parkir PA hingga sore hari.

Kuasa hukum Ira, Ferry Firman, S.H, pun tak banyak memberi keterangan. Dengan alasan sidang berlangsung tertutup, Firman enggan mengungkapkan alasan mengapa Ira ingin bercerai. "Semua permasalahan mereka sifatnya pribadi yang tidak bisa dijadikan konsumsi publik," katanya.

"Yang pasti, bukan karena faktor ekonomi, atau faktor kesibukan masing-masing. Ada pihak ketiga? Siapa yang bilang? Enggak ada itu," imbuh Ferry sambil menambahkan, tidak menutup kemungkinan Ira-Ari untuk damai.

Apalagi, meski tengah berperkara, Ira-Ari masih tinggal satu rumah, untuk bersama-sama mengasuh keempat anak mereka: Callista (12), Devara (10) Kyla (6), dan Raffa (4), buah perkawinan mereka sejak 1 Agustus 1993. "Saya kira mereka masih bisa berkomunikasi untuk menyelesaikan masalah ini secara musyawarah agar mendapatkan kesepakatan terbaik bagi mereka," tutup Ferry.

Antara Poligami dan Bisnis

0 komentar


Kenapa harus dakwah poligami, apa nggak ada tema yang lain? Kenapa nggak bisnis ya bisnis saja? Pertanyaan-pertanyaan itu mungkin banyak yang menghinggapi para pemerhati sepak terjang Puspo Wardoyo. Tapi bagi pria berhobi masak ini lain cerita.
Dari judul di atas seolah menyiratkan dua dunia yang saling terpisah. Yang pertama sebuah istilah yang bekaitan dengan agama (red, akherat), dan bersifat pribadi. Sedang yang ke dua lebih pada urusan usaha, (red, dunia).

Tapi bagi pria beranak sepuluh beristri empat ini ingin menyatukan dua dunia tersebut. Sejak tahun 1989, laki-laki ini benar-benar membuktikannya dengan menyatukan poligami dan bisnis. Dan mulai saat itulah Puspo Wardoyo dikenal sebagi pejuang poligami sekaligus pengusaha restoran Wong Solo. Berbagai macam strategi digunakan untuk mensosialisasikan poligami dan sekaligus memajukan bisnis.

Pesan Sukses Puspo Wardoyo
Bagi kaum muda yang masih mengalami kesusahan bekerja dan belum menikah, Puspo mempunyai kiat tersendiri. Yang pertama, dianjurkan untuk menikah dahulu, karena orang menikah akan diberi rizki oleh Allah.

SEKILAS PERJALANAN HIDUP DAN USAHA PUSPO WARDOYO

0 komentar



A. Disiplin dan kerja keras ditanamkan orang tua sejak kecil


Kebanyakan orang tua kita (termasuk orang tua saya) selalu mempunyai cita-cita agar anak-anaknya kelak menjadi pegawai negeri, tentara, polisi, dokter atau insinyur yang nanti bisa bekerja di perusahaan-perusahaan besar. Kalau disurvey sekarang pun, saya yakin apabila para orang tua ditanya pasti mendambakan pekerjaan yang seperti di atas. Jarang sekali ataupun bahkan tidak ada yang mempunyai cita-cita jadi pengusaha. Memang tidak mutlak salah, pilihan orang tua kita itu, tetapi harusnya proporsi agar anaknya menjadi pengusaha makin lama harus semakin besar dan nantinya bisa dominan. Kalau hal ini terjadi saya yakin bangsa ini akan menjadi kuat secara ekonomi.

(Alm) orang tua saya dulu mempunyai profesi sebagai pedagang daging ayam di pasar ( pagi), sedangkan siang sampai malam membuka warung ayam untuk mahasiswa (kebetulan rumah dekat kampus UNS Solo). Dengan menjual berbagai menu siap saji seperti ayam goreng, ayam bakar, garang asem ayam dan masakan ayam lainnya warung orang tua sangat banyak pengunjungnya dan menjadi idola di kalangan mahasiswa dan juga masyarakat setempat, karena cita rasanya beda dengan yang lain dan harganya murah. Dari hasil jualan tersebut alhamdulillah kami 8 bersaudara dapat sekolah semua sampai tamat SMU dan 4 orang tamat perguruan tinggi termasuk saya. Suatu prestasi yang menurut saya patut diacungi jempol. Tetapi apa yang menjadi cita-cita orang tua kami, tidak lain agar anak-anaknya menjadi pegawai negeri. Dan salah satunya saya menjadi guru SMU.

Itulah realitas yang umum terdapat di masyarakat. Kalau dipikir mengapa kami tidak disuruh untuk membesarkan warung ayam menjadi bisnis Rumah Makan yang profesional ? Tetapi itulah sebuah jalan kehidupan saya. Dan kasus seperti ini saya yakin banyak sekali.
Menyembelih sampai membersihkan ayam untuk dimasak, menjadi aktivitas sehari-hari mulai saya berumur 13 tahun. Pagi-pagi selesai shubuh saya sudah berkecimpung dengan ayam, setelah selesai semua baru bisa berangkat ke sekolah. Tidak itu saja, setelah pulang sekolah sampai larut malam,saya selalu terlibat membantu warung ayam orang tua. Dan hal itu terus saya lakukan sampai tamat kuliah. Kadang-kadang memang ada rasa iri melihat kawan-kawan yang mempunyai banyak waktu untuk bermain. Akhirnya apa yang dicontohkan orang tua mengenai kedispilinan dan kerja keras sangat bermanfaat dalam membentuk jiwa wirausaha saya dan hasilnya dapat saya rasakan. Saya memang tidak sendiri, tetapi seluruh anggota keluarga juga turut membantunya.

Rumah selain untuk tempat tinggal juga dipakai untuk berjualan. Hal ini berakibat saya mempunyai banyak kawan dan kenalan. Karena banyak tamu yang makan dan menjadi pelanggan tetap kami. Pengalaman interaksi saya dengan pelanggan-pelanggan warung kami waktu itu juga sangat membantu di dalam membentuk jiwa saya ( public relation).
Kemudian saya menjadi guru bidang studi pendidikan seni di SMU Negeri I Blabak Muntilan. Apa yang menjadi cita-cita orang tua saya terkabulkan. Menjadi Guru SMU awalnya memang senang, dapat gaji tetap, bisa beli apa-apa yang saya butuhkan waktu itu, dan dihormati murid-murid merupakan suatu kebanggan tersendiri. Mengajar selama tiga tahun bukan menambah kecintaan saya pada dunia pendidikan (guru). Hati kecil mulai gelisah, kok rasanya mulai tidak cocok dengan panggilan jiwa saya, dan itu terus menghantui jiwa saya. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan saya keluar dari pegawai negeri (PNS). Ada dua alasan mendasar mengapa saya keluar, yaitu :
- Saya memang kurang berbakat menjalani profesi sebagai guru, tidak bisa mengembangkan diri dan rasanya kurang merdeka, semua sudah ada aturan baku, saya tidak bisa menciptakan hal-hal baru, sehingga saya rasa kurang optimal bekerja.
- Saya juga merasakan dari penghasilan (gaji) tidak dapat mencukupi biaya hidup keluarga dan sifatnya statis.
Dan akhirnya saya kembali ke kota kelahiran saya.

B. Hijrah membawa berkah
“ Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak, Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya , kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ketempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya disisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (An-Nisaa : 100)

Setelah keluar dari PNS saya balik ke kampung halaman saya di Solo. Banyak saudara dan kawan bingung melihat saya pulang kampung dan membuka Ayam Goreng kaki lima di Kleco Solo, bahkan tidak sedikit yang berolok. Dengan kesabaran dan ketabahan, serta dibantu oleh 2 orang saya menekuni usaha ini. Sedikit demi sedikit usaha saya berkembang. Usaha saya ini termasuk perintis atau pionir kaki lima lesehan di kota Solo ( 1986). Dan sekarang sudah tak terhitung lagi warung lesehan seperti yang saya rintis ini.
Suatu hari datang kawan saya, seorang penjual bakso di Medan (saat itu pulang ke Solo) menyampaikan bahwa prospek bisnis rumah makan di Medan sangat bagus. Dengan enteng dia mengatakan bahwa Medan itu tidak jauh, lebih dekat dibandingkan Semarang, perjalanan hanya 3,5 jam saja, demikian dia memotivasi saya. Peluang ini akhirnya saya ambil dengan segala resiko. Karena perhitungan saya kalau saya di Solo terus, rasanya sulit untuk berkembang dengan pesat, mengingat Solo waktu itu kotanya kecil (kurang hetereogen), persaingan sangat ketat, karena. sudah banyak Rumah Makan Ayam Goreng/Bakar yang sudah besar.
Akhirnya usaha yang ada diteruskan oleh kawan saya dan sampai sekarang menjadi Rumah Makan yang cukup terkenal di Solo ( tetapi perkembangannya tidak pesat). Dengan berbekal uang seadanya saya berangkat ke Medan. Karena modal tidak cukup, maka saya berusaha mencari modal di Jakarta. Saya memang berprinsip tidak mau meminta-minta kepada siapapun untuk mendapatkan modal dalam rangka mengembangkan bakat saya ini. Kebetulan suatu hari saya membaca pengumuman di suatu surat kabar bahwa ada lowongan menjadi GURU di Perguruan Wahidin Bagan siapi-api. Walaupun harus menjadi guru lagi tetapi saya sudah mempunyai target bahwa saya bekerja mencari modal untuk membiayai bakat saya. Akhirnya saya mendaftar dan diterima setelah melalui serangkaian test. Kemudian saya mengajar di perguruan Wahidin selama 2 tahun yaitu tahun 1989 – 1991. Di tempat kerja inilah saya mendapatkan satu istri Rini Purwanti, SE (alumnus FE UGM), yang merupakan teman seprofesi.

Dari hasil kerja selama dua tahun terkumpul uang sebesar Rp 2.400.000,-. Akhirnya kami putuskan untuk berangkat ke Medan. Dari uang tersebut sebagian kami gunakan untuk membeli sepeda motor, sebagian untuk kontrak rumah dan yang Rp 700.000,- ( tujuh ratus ribu rupiah ) kami gunakan untuk modal kerja jualan Ayam Bakar Kaki Lima, yaitu di Jl SMA 2 Padang Golf Polonia Medan.
Mengapa ayam bakar, Karena ini merupakan wasiat yang saya terima. Padahal sebelumnya saya jualan ayam goreng. Tiga hari sebelum ayah meninggal, ayah sempat berpesan kepada saya agar jualan ayam bakar, maka nanti insyaAllah sukses. Waktu itu kata-kata ayah saya, saya simpan saja. Kemudian baru saya ingat dan saya jalankan dan Alhamdulillah benar.
Walaupun sudah ada pengalaman, awal-awal usaha saya tidak langsung menuai hasil. Saat itu Ayam Bakar belum ada di Medan, dan sayalah yang pertama. Saya hanya jualan nasi dan ayam bakar, tidak ada menu lainnya. Setiap harinya hanya bisa menjual 3 – 4 ekor/hari. Saya tidak mempunyai karyawan, semua saya lakukan sendiri. Istri juga tidak terlibat, mungkin waktu itu masih malu. Hal ini berjalan sampai hampir satu tahun.
Sedangkan istri melamar dosen di Politeknik USU Medan, Alhamdulillah diterima. Melihat perkembangan yang kurang bagus, istri sering membujuk saya meminta untuk berhenti jualan (karena malu), menganggap pekerjaan ini remeh. Bukan itu saja, bahkan mertua saya pernah pesan kepada istri saya, agar saya bertobat berdagang dan menjadi guru kembali. Kendala juga sering melanda di dalam operasional usaha saya, suatu saat makanan yang sudah saya masak di rumah, tumpah di jalan karena jalanan licin sehabis hujan, sehingga terpaksa pulang dan masak lagi. Juga sering seharian hujan tidak berhenti, sehingga tidak ada tamu yang datang. Itu semua adalah cerita-cerita pahit yang justeru membuat cambuk pada diri saya untuk besungguh-sungguh dan memotivasi saya untuk membuktikan bahwa saya bisa menunjukkan keberhasilan. Dengan kesabaran dan ketaqwaan saya terus jualan dan terus meyakinkan istri bahwa usaha ini insya’Allah akan maju,
Pelan tapi pasti usaha yang saya rintis ini sudah mulai tampak kemajuannya. Sadar akan perkembangan ini saya tidak mampu lagi menanganinnya sendiri, akhirnya saya rekrut 2 karyawan untuk membantu, kebanyakan adalah tetangga saya ( sekitar rumah kontrakan saya). Walaupun sudah punya karyawan pekerjaan-pekerjaan utama tetap saya kerjakan sendiri, terutama menyangkut masakan karena saya harus menjaga kualitas (quality controll).
Sampai suatu saat, salah satu karyawati saya rumahnya akan disita oleh Rentenir, karena bapaknya tidak sanggup membayar. Dia menangis datang kepada saya untuk meminta bantuan untuk pinjam uang Rp 800.000,- . Selama dua tahun berjualan tabungan saya sebesar uang Rp 1.300.000,- di BRI. Setelah saya certikan kepada istri dan istri mengiyakan, mudah-mudahan ini perintah Allah, akhirnya saya kasihkan uang itu walaupun dengan berat hati rasanya. Dengan mohon ridha dari Allah, semoga ini menjadikan amal saya. Kadang kita harus berani berkorban untuk kemaslahatan. Merasa terima kasih, karyawati saya itu membawa seorang wartawan yang merupakan kawan suaminya. Akhirnya ditulislah sebuah profile “ Sarjana Buka Ayam Bakar Wong Solo .“ di koran Waspada Medan .
Alhamdulillah, Obrolan dengan si wartawan ternyata menjadi profile koran ini. Itu terjadi pada suatu hari tahun 1992. Keesokan hari atau setelah profile tersebut, ratusan konsumen mendatangi warung saya. Seratus potong ayam ludes terjual hari itu dan terus meningkat hingga 200 potong pada hari-hari berikutnya. Omzet juga ikut membubung menjadi sekitar Rp 350 ribu/hari. Momen ini sekaligus menyadarkan saya akan dua hal, yaitu :
- bahwa di dalam berjualan/berbisnis kita harus melakukan promosi dan publikasi serta membuat sensasi-sensasi sehinga nama kita bisa dikenal dimasyarakat
- Sisihkan sebagian uang kita atau keuntungan kita untuk orang lain yang membutuhkan. Saya selalu menyisihkan 10 % keuntungan untuk saya berikan kepada orang yang lebih susah daripada saya.



C. Goleko Jeneng dulu, Jenang Belakangan
Itu adalah pepatah jawa, jeneng artinya Nama, sedangkan Jenang (pulut/ketan) artinya uang/keuntungan/hasil. Jadi kalau kita mau sukses janganlah tergesa-gesa untuk menikmati hasilnya tapi lebih pada bangunlah nama/brand/merk terlebih dahulu. Kalau Nama/brand/merk kita sudah kuat maka jenang/uang/hasil akan mengikuti kita.
Bisnis rumah makan merupakan bisnis jasa, disamping kualitas makanan (cita rasa harus enak), beda dengan lainnya (diferensiasi), ada hal-hal penting yang harus diperhatikan yaitu, pelayanan, dan Value (nilai). Nama/brand sangat terkait dengan value. Value bisa di tafsirkan sebagai gengsi.

Awalnya tamu-tamu saya malu menyebut mereka makan di Wong Solo, tetapi sekarang banyak tamu bangga kalau mereka makan di Wong Solo. Kasus ini benar-benar terjadi. Dan ini berkaitan dengan gengsi tadi
Untuk membangun brand/nama ( image building) kita harus berani mengeluarkan biaya yang jumlahnya tidak kecil. Kasus seperti rumah makan yang konsumennya sifatnya masal (banyak) peran brand ini sangat besar, sehingga brand harus dibangun dan dijaga terus menerus.
Saya selalu membuat suasana rumah makan saya selalu tampak baru. Dengan pengecatan, renovasi di sana-sini, penambahan ornamen-ornamen sehingga tamu kalau datang akan senang. Orang lain kadang melihat hal ini adalah pemborosan, atau mutlak sebagai cost (biaya), tetapi saya melihat ini adalah investasi yang nantinya akan sangat mempengaruhi masa depan rumah makan saya. Ini salah satu cara saya menjaga gengsi tadi dan juga membangun image.
Saya selalu berusaha bagaimana membuat tamu saya kerasan dan mau kembali lagi. Saya selalu menempatkan diri sebagai abdi/pelayan dihadapan tamu. Saya memperlakukan pelanggan-pelanggan saya seperti saudara, saya berusaha untuk mengetahui nama-nama mereka sehingga hubungan dengan pelanggan terasa akrab, saya selalu berusaha mengetahui nama-nama pelanggan dengan cara pura-pura ada yang mencari walaupun salah, untuk kesempatan tanya nama, selanjutnya saya selalu menegur dan menyapa dengan nama agar merasa bangga diantara teman-temannya. Saya juga selalu bertanya apa keluahan-keluhannya selama ini. Masukan-masukan pelanggan juga saya perhatikan untuk terus memperbaiki pelayanan. Banyak tamu saya yang datang disamping makan tentunya, juga untuk bersilaturahmi dengan saya. Bahkan lucunya setelah makan pelanggan saya mengucapkan terima kasih kepada saya. Bahkan kalau mereka lama ( 1 minggu) tidak datang mereka minta ma’af dan dengan berbagai alasan seperti keluar kota, sedang sibuk atau alasan lainnya. Dan 75 % lebih pelanggan-pelanggan saya masih setia datang di outlet Wong Solo dimanapun berada sampai sekarang.

Sedikit-demi sedikit jumlah menu saya tambah sehingga lebih bervariasi sehingga tamu mempunyai banyak pilihan. Satu cacatan penting, sebelum menu ini saya tampilkan saya selalu melakukan uji coba berkali-kali sampai mendapatkan rasa yang benar-benar cocok, baru menu itu saya tampilkan, sehingga saya sangat hati-hati dalam hal ini. Untuk penampilan karyawan sedikit demi sedikit juga saya perbaiki, yang sebelumnya tidak pakai seragam, sekarang memakai seragam sehingga penampilan lebih bagus. Semua usaha-usaha di atas ujung-ujungnya adalah membangun image (citra).

Disamping usaha-usaha yang sifatnya internal, saya juga melakukan promosi secara tidak langsung/terselubung lewat tulisan-tulisan saya di koran seperti profil-profil bisnis. Dengan tulisan ini menurut saya lebih bagus, artinya lebih masuk ke dalam pikiran konsumen dari pada saya harus menawarkan diri secara vulgar misal, “ Datanglah ke Rumah Makan Saya, Yang Enak, Murah, Kualitas Bagus”. Saya paling tidak suka iklan seperti itu. Karena sangat subyektif sehingga pembaca pun kadang-kadang malas, dan itu sudah sangat biasa.

Menurut saya iklan yang paling efektif adalah dari mulut ke mulut Tetapi bagaimana dari mulut ke mulut ini kita masalkan melalui press release. Tetapi istilah mulut ke mulut ini dalam era sekarang perlu direkayasa, Artinya kadang kita perlu membuat suatu profil atau bahkan konflik-konflik (positif) dalam bentuk tulisan-tulisan di koran atau di media cetak lainnya bahkan media elektronik. Untuk itu kadang kita undang wartawan untuk membantu keperluan ini. Kalau sudah sekali muncul dengan bagus, nanti media-media lain pasti akan turut meliputnya. sehingga Dengan cara ini Image juga dengan cepat terbangun, dan masih banyak lagi.
Itu semua tentu butuh biaya yang tidak kecil, tapi kalau itu merupakan investasi jangka pajang, harus kita lakukan.

D. Filosofi Hidup dan Bisnis
Berbicara mengenai filosofi, saya sebenarnya mempunyai suatu pandangan yang sederhana tetapi maknanya sangat dalam bahwa hidup ya bisnis, bisnis ya ibadah, hidup ya ibadah, jadi ketiganya walaupun secara istilah berbeda tetapi bagi saya maknanya sama, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.
“ Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih ?, ( yaitu) : Kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. “ (QS; Ash Shaff : 10-11)

“ Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku (ibadah)” (QS: Adz-dzaariyat : 56)


Dua ayat di atas jelas bahwa antara hidup, bisnis, ibadah itu merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Kunci sukses Ayam Bakar Wong Solo tidak lepas dari hukum-hukum Allah dan Kami memahami bahwa hal terpenting dalam menjalankan roda perniagaannya adalah bagaimana suatu pekerjaan tersebut justru dapat menyelamatkan diri dari siksa api neraka. Sehingga insan Ayam Bakar Wong Solo memandang Bekerja Adalah beribadah. Di setiap outlet tersedia sarana peribadatan berupa Mushalla dan mewajibkan pendalaman Agama bagi para staff dan karyawan secara terus-menerus.
Jadi tujuan sukses insan Ayam Bakar Wong Solo yaitu usaha profesional yang maju dan islami dalam rangka terhindarnya insan Ayam Bakar Wong Solo dari azab yang pedih dan bermanfaat bagi keluarga, masyarakat serta sukses dunia dan akhirat.
Di samping berbisnis tentu saya juga harus mengurus rumah tangga( istri dan anak-anak) karena saya adalah suami ( kepala keluarga). Kalau rumah tangga ini tidak kita manage, bisnis kita pasti akan kacau. Sadar akan hal ini, dari awal saya sudah sepakat dengan istri bahwa resiko karier saya adalah seperti ini, maka kita harus menjalaninya dengan ikhlas, dan masing-masing harus tahu betul dan konsisten untuk menjalankan hak dan kewajibannya secara proporsional. Dan Alhamdulillah semua berjalan lancar-lancar saja. Sekali lagi saya sampaikan bahwa peran keluarga sangat besar di dalam kesuksesan bisnis kita.


E. Dipercaya Lembaga Keuangan
Usaha yang saya geluti terus berkembang dan berkembang dan akhirnya, pertengahan tahun 1993, BNI menawarkan bantuan pinjaman tanpa agunan (bantuan pegel kop/pengusaha golongan lemah dan koperasi). Sebesar Rp 2 juta. Tanpa saya mengajukan permohonan pinjaman sebab memang tak butuh. Namun, saya setuju dan menggunakannya untuk memperluas warung sekaligus mengganti kompor minyaknya dengan kompor gas yang lebih modern.
Penambahan fasilitas semakin membuat usaha terus berkembang dan akhirnya saya menjadi anak emas BNI, berbagai fasilitas ditawarkan dalam rangka pengembangan usaha saya tersebut.
Melihat prospek bisnis yang cukup bagus, pada tahun 1997, lembaga keuangan non bank, yaitu PT Sarana Sumut Ventura (PT SSUV), tertarik untuk membiayainya. Gayung bersambut, saya memang telah mempunyai niat untuk mengembangkan RM Ayam Bakar Wong Solo Go nasional. Bersama PT SSUV, RM Wong Solo mulai mengawali program Go Nasionalnya dengan membuka gerainya di Sumatera (Medan, Pekanbaru ), Jawa (Surabaya, Solo, Semarang, Ungaran, Yogyakarta, dan Malang). Sedangkan Bali bekerjasama dengan PT Sarana Bali Ventura ( PT SBV).
Memasuki tahun 2002 RM Wong Solo mulai memasuki Ibu kota Jakarta. “Kepung Jakarta” , menjadi tekad bulat untuk mengusai pasar ibu kota ( makanan tradisional). Beberapa investor perorangan mulai bergabung. Mereka mengadakan patungan dengan rekan/kawannya untuk membuka RM Wong Solo di Jakarta ( Kalimalang, Bintaro, Cibubur, Bogor, Fatmawati, Semanggi Pluit dan seterusnya)
Melihat perkembangan outlet-outlet di Jakarta yang cukup menjanjikan, lembaga keuangan PT Permodalan Nasional Madani Venture Capital,Bank BNI Syariah, Bank Muamalat tertarik untuk membiayai pengembangan RM Wong Solo dalam rangka Go Nasional dan internasional.

Dari perkembangan itu, satu hal yang harus saya jaga adalah amanah orang yang percaya kepada saya. Saya selalu berusaha untuk membayar tepat waktu kemudian menggunakannya sesuai dengan rencana atau proposal. Usaha kita harus berprospek, Kalau prospek modal tidak perlu kita cari tetapi akan datang dengan sendirinya


F. PERKEMBANGAN USAHA

Sampai saat ini RM Wong Solo telah memiliki 27 outlet yang tersebar di kota-kota besar di Sumatera, Jawa, dan Bali. RM Wong Solo masih tetap memfokuskan usahanya di bidang restoran, belum ada niat untuk diversifikasi usaha.

Di tahun 2002 ini RM Wong Solo telah membuka gerainya di Kota Jakarta tepatnya pada tanggal 24 Januari 2002, tepatnya di Jl Meruya hilir 36 Kebon Jeruk Jakarta Barat. Alhamdulillah, kehadiran RM Wong Solo di ibu kota jakarta ini mendapat sambutan yang cukup bagus. Hal ini dapat dilihat mulai pembukaan sampai saat ini, banyak tamu rela antri menunggu tempat duduk yang kosong untuk menikmati menu-menu RM Wong Solo, terutama hari sabtu, minggu, dan hari-hari libur nasional.

Melihat perkembangan yang cukup bagus tersebut maka wong solo menambah outletnya yang ke dua di Jakarta yaitu, di Jl Kalimalang Kav DKI A-2 no 8/9 pondok kelapa Jakarta Timur pada tanggal 7 Maret 2002, Serta outletnya yang ke tiga di Jakarta yaitu di kawasan Bintaro Jaya sektor VII tanggal 11 Juli 2002, Jakarta Selatan, kemudian menyusul di Cibubur, Bandung, Pondok Gede, Kelapa Gading, Fatmawati, kafe Semanggi, Pluit, Rawamangun. Bogor, Kedoya, Casablanca, dan Cikarang.

Ditargetkan tahun 2005 ini RM Wong Solo akan membuka 25 outlet di wilayah Jabotabek, RM Wong Solo menggunakan strategi “Kepung Jakarta “ artinya Wong Solo memasuki Jakarta dimulai dari daerah pinggiran Jakarta. Dengan strategi ini diharapkan Wong Solo akan “ menguasai ” Jakarta dari pinggiran. Target itu memang tidak terlalu berlebihan mengingat potensi jakarta yang sangat besar. Hal ini juga didukung oleh keberadaan Wong Solo yang telah memiliki jaringan yang luas dari Medan sampai Bali, adanya standarisasi bumbu dan rasa, serta sistem operasional yang sudah dibakukan.

Sedangkan untuk luar Jawa dan Sumatera RM Wong Solo mengembangkan outletnya di Batam, Pontianak Balikpapan, Makasar.
RM Wong Solo juga terus bertekad mengembangkan gerainya baik di Luar negeri (Malaysia dan Singapura). Negara-negara tersebut dipilih karena alasan serumpun artinya selera makannya tidak jauh berbeda dengan bangsa kita. Khusus untuk Malaysia, RM Wong Solo sudah begitu dikenal, terutama yang ada di Medan dan Pekanbaru. Sudah banyak sekali wisatawan Malaysia yang yang datang di RM Wong Solo, bahkan boleh dibilang seminggu sekali wisatawan Malaysia datang. Bahkan ada cerita, “ketika rombongan Malaysia datang ke Surabaya, oleh Tour Guide-nya diajak makan ke suatu restoran. Mereka menolak dan minta makan di RM Wong Solo. Tour Guide-nya bingung apakah di Surabaya ada RM Wong Solo ? (waktu itu RM Wong Solo Surabaya baru saja dibuka). Akhirnya dicarilah RM Wong Solo dan ketemu.” Ketenaran RM Wong Solo di masyarakat Malaysia tidak bisa dipungkiri salah satunya adalah peran media elektronik terutama TV yaitu TV3 dan TV1. RM Wong Solo pernah dimuat di acara niaga tahun 1998 di TV 3 dengan durai ± 15 menit selama dua kali. Dan di tahun 2001 ini juga diliput oleh TV1 Malaysia dan disiarkan pada acara Salam Nusantara selama lebih kurang 15 menit juga. Banyak pengusaha dari negeri jiran itu untuk membeli Wong Solo.

Di samping mengembangkan outlet stand alone ( berdiri sendiri), ke depan Wong Solo juga mengembangkan usahanya di mallmall dan super market. Hal ini penting terhadap perkembangan ke depan mengingat orang cenderung untuk melakukan hal-hal yang bersifat efisien mengingat terbatasanya waktu, tenaga, dan biaya. Trend ke depan orang cenderung melakukan one stop shoping, dan mall menjadi pilihan utama.

Sosok Presiden Poligami Indonesia

1 komentar

Pria Mampu Wajib Berpoligami

Masa kecil ia jalani dengan penuh perjuangan hidup. Sejak masih berusia 13 tahun, sudah kelihatan keuletannya dalam bekerja. Setiap habis salat subuh, dengan sigap ia membantu orang tuanya membersihkan ayam potong untuk dijual ke pasar. Setelah selesai, baru ia berangkat ke sekolah.

Sepulang sekolah, kembali ia membantu ayahnya berjualan makanan. Warung yang menyediakan aneka masakan dari ayam tersebut dibuka siang hingga malam hari di samping rumahnya yang berlokasi dekat kampus Universitas Nasional Surakarta Sebelas Maret (UNS).

Dagangan ayam potong dan warung makanan it laris, cukup untuk membiayai kehidupan mereka. Hasilnya juga cukup untuk membiayai sekolah Puspo beserta ketujuh saudaranya. "Ayah saya ingin anak-anaknya menjadi pegawai negeri," tutur Puspo.

"Padahal ketika masih kecil saya ingin menjadi pria seperti Arjuna, tokoh pewayangan yang menang dalam setiap pertempuran dan beristri lebih dari satu," anak ketiga dari 8 bersaudara itu mengungkapkan. Tentu saja angan-angan tersebut dianggap terlalu muluk dan mengada-ada saat itu. Keinginan sang ayah yang kemudian terwujud. Puspo sempat menjadi guru kesenian sebuah SMU.

Suatu hari ia dipanggil bapaknya dan diberi wejangan, kalau mau sukses harus menjadi pedagang. Keesokan harinya, sang ayah mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Menyadari bahwa karirrnya sebagai guru selama tiga tahun tidak ada peningkatan, ia tinggalkan propesi sebagai pegawai negeri itu. Sebuah warung lesehan di kaki lima yang menyajikan ayam goreng ia buka pada tahun 1986 di kota kelahirannya Surakarta.

Dipengaruhi cerita temannya yang telah sukses berdagang bakso di Medan, ia lalu ingin merantau juga. Sang teman bis mengantongi keuntungan 24 juta setiap bulan, bisa membangun rumah besar yang terbilang mewah bagi ukuran pedagang bakso. Warung ayam goreng miliknya kemudian dia oper dan diteruskan oleh temannya, dan masih buka hingga kini.

Karena tidak memiliki modal yang cukup untuk berdagang di Medan, Puspo lalu menerima tawaran bekerja sebagai guru di Perguruan Wahidin Bagan siapiapi, Riau. "Kembali menjadi guru saya terpaksa lakukan untuk mengumppulkan modal," tuturnya. Mengajar selama dua tahun, Puspo berhasil mengumpulkan uang sebesar 2, 4 juta.

Di tanah rantau ini ia menyunting Rini Purwani, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, rekan seprofesinya mengajar. Berbekal uang tabungannya itu, dengan tekad bulat ia hijrah ke Medan bersama istrinya dan seorang anaknya yang masih kecil.

Di kota ini ia mulai membuka warung kaki lima yang menyajikan ayam bakar. "Itu yang dipesan almarhum ayah saya, kalau saya mau sukses berdagang dan kebetulan makanan jenis itu belum ada di Medan," tuturnya. Uang yang ia kumpulkan dari Riau itu sebagian dibelikan sebuah motor dan sisanya di putar sebagai modal usaha. "Sewa tempatnya hanya Rp 1.500 perhari," tuturnya.

Pada awalnya, warung itu hanya mampu menjual 3-4 ekor ayam setiap hari. Malah di hari pertama tak seorang pun yang datang ke warung yang hanya mampu menampung 10 orang itu. Saya semakin tertantang untuk berusaha di Medan, meskipun banyak orang menganggap kehidupan di Medan sangat keras, " Puspo mengungkapkan.

Pada tahun pertama, usahanya tak menunjukkan kemajuan yang berarti. sang istri yang saat itu telah bekerja sebagai dosen politeknik di Universitas Sumatera Utara, Medan sempatmenyuruhnya berhenti berjualan. Alasannya malu memiliki suami berjualan ayam bakar di kaki lima.

Puspo tak lantas menyerah begitu saja, ia terus menekuni usahanya. Sampai suatu saat seorang karyawannya yang baru saja di pinjami uang membawa seorang wartawan ke warungnya. Warung yang berlabel Ayam Bakar Wong Solo itu kemudian jadi terkenal setelah dipublikasikan oleh sang wartawan di sebuah surat kabar setempat.

Dagangannya, sesuai pesan terakhir ayahnya, mulai membuahkan hasil. Ayam bakarnya laris manis dan banyak digemari masyarakat Medan. Pada 1993, ia membuka cabang pertama di Medan dan kemudian membuka restoran ketiga di Medan. Sejak 1997, Wong Solo mulai ekspansi ke luar Medan dan terus berkembang dan membuka cabangnya di berbagai kota di pelosok tanah air.

Setelah sukses di daerah, awal 2002 lalu mulai merambah Jakarta. Kini rumah makan Wong Solo telah berjumlah tak kurang dari 22 outlet lebih. Jika dulu awalnya Puspo hanya mampu menjual 3 ekor ayam, kini dibutuhkan sedikirnya 6000 ekor ayam untuk memenuhi kebutuhan seluruh gerai ayam bakar tersebut.

Ketika sukses mengembangkan usahanya, pria yang selalu tampil bersahaja ini juga merasa tak cukup beristri satu. "Seorang lelaki yang mampu dari segi materiil dan berahlak baik, berkewajiban memiliki istri lebih dari satu," bapak dari 10 anak ini mengungkapkan.

Bagaiman asmara suksesnya dalam mengembangkan usaha sertaa berpoligami? simak petikan wawancara berikut ini:

Mengapa Anda tak memilih Jakarta untuk memulai usaha?

Sebelum ke Medan sempat juga saya menjajaki ke Jakarta. Wah, ngeri saya melihat persaingan usaha di Jakarta saat itu, sudah terlalu banyak saingannya.

Masih ada warung pertama Anda di Medan dulu?

Lokasi warung pertama itu sudah tergusur untuk perumahan. Kami lalu membeli lahan di dekatnya, dan masih ada sampai sekarang, sekaligus menjadi kantor pusat Rumah Makan Wong Solo.

Mengapa baru membuka cabang di Jakarta? Strategi kami adalah mengepung dulu sebelum masuk Jakarta. Kami harus berhasil dan punya brand yang kuat dulu di daerah, baru setelah itu membuka di Jakarta.

Belajar dari mana strategi itu?

Dari pengalaman saya sendiri.

Tidak pernah belajar manajemen secara formal?

Tidak, tapi saya pernah belajar tentang franchise dari seorang ahli waralaba asal Swedia. Pada 1997 dia pernah mengadakan pelatihan di Medan.

Dari semua cabang yang ada, berapa outlet milik Anda sendiri?

Ada 16 restoran. Pengembangan selanjutnya selalu dengan sistem franchise. Kami targetkan ada 20 outlet di kawasan Jabotabek, dan bisa tercapai pada 2005 nanti. Semua cabang baru yang bakal dibuka itu sudah ada pembeli waralabanya.

Berapa jumlah seluruh Rumah Makan Wong Solo yang Anda inginkan nantinya?

Target kami, 100 restoran ada di setiap kota besar di seluruh Indonesia. Calon franchise nya sudah ada, tinggal menunggu giliran pembangunannya saja. Setelah itu kami akan mulai masuk ke mal atau plaza.

Kapan membuka cabang ke luar negeri?

Tahun ini kami akan membuka cabang di Malaysia. Dari sana kemudian akan mengembangkan ke Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand.

Benarkah mengembangkan usaha dengan sistem waralaba itu jarang gagal?

Ya. Usaha yang sehat itu dikembangkan dengan sistem franchise. Tingkat kegagalan- nya tak sampai 10 persen.

Anda pernah gagal dalam mengembangkannya?

Pernah. Wong Solo di Banda Aceh, yang merupakan cabang pertama di luar Medan, tutup sementara karena situasi daerah tersebut yang terus dilanda konflik. Sebuah outlet di Padang juga sempat tak bisa diterima oleh masyarakat setempat. Lidah mereka suka masakan pedas dan bersantan, sementara masakan kami cenderung manis.

Bagaimana prospek usaha makanan di masa mendatang?

Saya yakin prospek usaha semacam ini akan tetap bagus di era global. Makanan termasuk kebutuhan utama manusia selain perempuan, he he he.

Di era AFTA ini tentu makin banyak rumah makan merek asing masuk ke Indonesia. Ancaman bagi usaha Anda?

Tak perlu terancam, justru itu merupakan tantangan untuk semakin maju. Kami harus makin memperkuat diri agar bisa terus bersaing di era global itu. Pemerintah juga harus membantu agar makanan lokal terus berkembang dan lebih maju.

Berapa investasi membuka sebuah cabang Wong Solo dengan sistem waralaba?

Paket waralabanya dari Rp 250 juta hingga Rp 950 juta. Itu belum termasuk tempat usaha.

Untuk apa saja uang itu?

Membangun interior peralatan, serta sebagai modal kerja awal. Kami juga mengadakan pelatihan juru masak dan karyawan lainnya. Setelah siap semua, kami serahkan kepada pemiliknya.

Anda bertindak sebagai Franchisor sekaligus kontraktor pembangunan fisiknya?

Ya. Dengan begitu franchise tak perlu repot-repot lagi, tinggal terima jadi dan mengoperasikannya.

Perusahaan pemborongnya milik Anda juga?

Ya. Kami punya divisi untuk mengerjakan itu, divisi mebel dan ukir-ukiran.

Berapa jumlah seluruh karyawan Wong Solo?

Total karyawan seluruhnya sekitar 1.200 orang. Di luar itu masih melibatkan sekitar 20 pemasok, dan divisi kontraktor memiliki sekitar 100 karyawan.

Rencana mengembangkan jenis makanan lain?

Ya. Saat ini kan sedang ngetren makanan steak. Kami kini sedang mengembangkan paket waralaba kaki lima dengan nama "Steak KQS". Yang pertama sudah dibuka di Malang, Jawa Timur, dan menggunakan daging sapi lokal serta impor.

Berapa nilai investasi untuk sebuah outlet?

Paket waralaba yang kami tawarkan dari Rp 50 juta sampai Rp 75 juta. Paket tertinggi dikombinasikan dengan bakso bakar. Nantinya, 50 menu masakan yang dimiliki Wong Solo juga akan dipecah-pecah dan dijual di kaki lima dengan nama Ayam Bakar KQS, Ayam Goreng KQS, Nasi Goreng KQS.

Apakah itu tidak akan mengurangi konsumen Ayam Bakar Wong Solo sendiri?

Tidak. Justru itu akan menjaring konsumen dari lapisan di bawah pelanggan Wong Solo. Orang-orang yang tidak mampu makan di Wong Solo nantinya bisa menikmati kelezatannya de- ngan harga terjangkau.

Masih kurang Anda telah memiliki begitu banyak rumah makan?

Manusia yang baik, adalah manusia yang bisa berguna bagi orang banyak. Dengan terus membuka usaha kan bisa membuka lapangan kerja baru.

Apakah nantinya Anda tetap akan berkecimpung di bisnis makanan?

Ya. Saya tak ingin masuk ke jenis usaha lain. Bakat saya cuma memasak, dan saya sudah terlalu mencintai bidang makanan lokal seperti ini. Nantinya kami ingin mengusai franchise jenis masakan lokal di Indonesia.

Tak ingin mengembangkan divisi kontraktor?

Enggak, usaha itu hanya untuk menunjang bisnis utama kami. Divisi itu hanya melayani kebutuhan sendiri. Itu pun sudah kewalahan.

Setelah berhasil mengembangkan usaha rumah makan, mengapa Anda membutuhkan istri lebih dari satu?

Dorongan biologis untuk kawin lagi, merupakan fitrah seorang laki-laki dari Allah. Beristri empat itu merupakan sunnah Rasulullah. Bagi saya yang cukup mampu, secara materiil, spiritual, dan mampu berlaku adil, merupakan kewajiban untuk beristri lebih dari satu. Kalau ada lelaki punya kemampuan menjadi pemimpin seperti itu, tapi hanya beristri satu, kan mubazir, rugi dong, he he he.

Jadi poligami itu wajib bagi pria yang mampu?

Ya. Seorang lelaki yang mampu dari segi materiil dan berakhlak baik, berkewajiban punya istri lebih dari satu. Poligami itu merupakan tindakan paling baik. Jadi bagi pria yang mampu seperti tadi, harus berpoligami. Saya ingin menyebarkan virus poligami.

Anda memang mau memasyarakatkan poligami?

Ya. Virus poligami itu memang harus disebarkan. Nantinya, para pengusaha besar Indonesia bisa mengikuti saya dalam berpoligami. Kalau ada 20 juta pengusaha sukses dan mampu beristri dua, itu kan berarti sudah bisa memberikan kehidupan lumayan kepada 40 juta wanita. Dengan begitu, sebagian masalah TKW kan sudah bisa teratasi, dan bisa membuat makmur banyak wanita.

Kata orang, satu istri saja enggak "habis-habis", buat apa beristri lagi?

Bohong kalau ada pria berpendapat seperti itu. Ka- lau ada pria beristri hanya satu sampai tua, itu malah atut dicurigai.

Kapan Anda menikah kedua?

Tahun 1996. Istri kedua saya itu saat ini berusia 26, dan telah dikaruniai satu anak

Sebelum menikah lagi apakah butuh pacaran lebih dulu?

Enggak, tapi perlu saling menjajaki dan sebelumnya diawali perasaan suka atau naksir lebih dulu. Istri kedua saya adalah mantan karyawan saya sendiri. Awalnya naksir, kemudian ngobrol- ngobrol, dan tentu saja pacarannya harus baik- baik, ada batasannya. Dengan manjadikannya istri, merupakan penghormatan baginya. Saya tingkatkan derajatnya, dari karyawan mening- kat jadi istri.

Apakah memberitahu istri pertama keiika Anda berencana menikah lagi?

Enggak perlu, karena malah enggak jadi kalau memberitahu. Suami tidak perlu meminta izin istri. Poligami adalah hak laki-laki, Sementara kebanyakan, bahkan semua istri, hampir pasti tidak akan memberi izin jika suaminya menikah lagi. Kalaupun istri tahu, boleh jadi ia akan tersinggung dan minta cerai.

Menikah lagi secara diam-diam itu saya lakukan dengan niat melaksanakan program Allah, menghindarkan diri dari perbuatan zina, dan tidak akan meninggalkan istri sebelumnya. Apabila istri pertama sudah siap, baru diberi tahu, agar ia dapat menerima keadaan suami yang sudah terlanjur menikah lagi.

Bagaimana dengan istri kedua?

Sebelum menikah, istri kedua saya yakinkan, bahwa dia nanti harus rela untuk digilir atau berbagi waktu, dan menerima kedatangan saya yang tidak tentu waktunya.

Bagaimana Anda bisa membuai istri pertama mau menerima dimadu?

Sebelum dia tahu, harus diberi pemahaman lebih dulu, sebagai istri pertama dia membutuhkan dimadu. Itu sebabnya suaminya harus berpoligami. Sering saya mengajak istri pertama berdiskusi tentang perlunya poligami, sampai dia yakin betul dan mau menerimanya.

Mindset istri pertama itu yang harus diubah. Harus ditanamkan kepadanya, istri yang baik dan saleh adalah tunduk terhadap suami, taat dan bisa menyenangkan saami. Ia harus rela dan malah bahagia suaminya beristri lagi.

Akhirnya tahu juga dia?

Ya. Meskipun tanpa memberitahu kalau saya sudah menikah lagi, tapi ia sebenarnya sudah tahu dengan melihat gerak-gerik saya. Dia tahunya malah dari adik saya. Saya yang menyuruh agar adik saya memberitahu padanya, bahwa saya telah menikah lagi.

Tak protes setelah tahu?

Tidak. Alhamdulillah perkawinan kedua berjalan lancar tanpa percecokan dengan istri pertama. Dan ternyata setelah berpoligami justru membawa hikmah tersendiri bagi istri pertama saya. Dengan adanya saingan itu, cintanya kepada saya jadi lebih mendalam.

Setelah itu kembali saya yakinkan kepada keduanya, saya perlu membagi cinta lagi dengan istri ketiga. Saya akan merasa berdosa kalau cuma beristri dua. Kalau cuma dua kan satu sama lain bisa saling cemburu, jadi butuh wanita ketiga. Dengan begitu tak akan saling cemburu lagi.

Untuk menikah ketiga Anda perlu minta ijin dari kedua istri Anda?

Tak perlu minta ijin juga. Istri ketiga saya seorang sarjana, juga mantan karyawan Wong Solo. Menikahinya merupakan penghargaan kepadanya sebagai karyawan yang baik.

Yang keempat bagaimana?

Untuk mendapatkan istri keempat, kami pasang iklan di sebuah surat kabar yang terbit di Semarang untuk mencari seorang sekretaris pribadi buat saya. Ada 400 pelamar datang sendiri ke Rumah Makan Wong Solo di Semarang.

Apa saja kriterianya?

Harus sarjana, berjilbab, akhlaknya baik, enggak perlu terlalu cantik, sedang-sedang saja wajahnya. Setelah diseleksi dan diwawancara oleh tim khusus, akhirnya tinggal dua pilihan. Saya bersama istri saya yang memilih salah satu. Saya memang sreg sekali dengan pilihan itu.

Setelah dipilih, ia bekerja dulu sebagai sekretaris?

Ya. Awalnya dia bekerja sebagai sekretaris pribadi. Setelah mengenalnya lebih dekat, baru saya ungkapkan, bahwa maksud lain perekrutan itu juga untuk mencari istri keempat. Karena kami nanti sering bertemu, dan agar tidak menimbulkan fitnah serta dosa, maka lebih baik menikah. Setelah orang tuanya merestui, kami menikah, dan akhirnya seperti sekarang, tetap berjalan lancar.

Bagaimana cara Anda mengelola empat istri itu?

Saya tegakkan dulu hak dan kewajiban masing-masing. Saya sebagai lelaki mencari nafkah, mendidik anak dan istri, berdakwah, dan jihad fisabilillah. Suami merupakan kalifah atau pemimpin di dalam rumah tangga juga di muka bumi.

Tugas suami bukan cuma terbatas sebagai kepala keluarga, juga pimpinan jaringan usaha yang cukup besar seperti ini, dan nantinya juga akan menjadi pemimpin umat, serta bisa dijadikan teladan. Semua tugas dan kewajiban suami itu sudah saya penuhi. Memang tidak mu- dah mengelola empat keluarga. Yang punya satu istri atau satu rumah tangga saja banyak yang gagal.

Bagaimana dengan tugas istri menurut Anda?

Tugas istri adalah menjaga dan mengurus rumah, mendidik anak menjadi pemimpin di rumah atau berpe ran sebagai uztadzah ketika suami tak di rumah, melayani suami dengan baik. Istri juga sebagai belahan jiwa suami. Kalau semua kewajiban masing-masing itu dijalani, rumah tangga tak akan ada masalah. Anak-anak juga akan terurus dengan baik, bisa jadi anak saleh, pintar dan tidak keluyuran tak karuan ke mana-mana. Istri harus taat pada suami dalam segala hal, selama suami tidak melanggar hukum.

Di mana saja keempat istri Anda tinggal?

Dua di Medan, dua di Jakarta.

Bagaimana membagi jadwal kunjungannya?

Sebelumnya kami adakan konsensus. Seorang istri mendapat jatah seminggu. Jadi seminggu di Medan, seminggu berikutnya di Jakarta, begitu seterusnya. Kecuali jika ada keperluan bisnis, seperti pembukaan outlet baru di satu kota. Yang seharusnya mendapat giliran kunjungan harus mau berubah jadwal. Juga kalau ada shooting televisi umpamanya, padahal giliran Medan, ya harus mau diganti waktunya. Seperti shift tugas begitu, he he he.

Dari empat istri itu ada yang paling Anda cintai?

Tidak, Saya mencintai semuanya.

Mereka sendiri bagaimana?

Kalau cuma satu istri, dia bisa seenaknya sendiri, karena tidak ada saingannya. Namun kalau beristri lebih dari satu, masing-masing istri akan bersa- ing untuk lebih mempercantik diri lebih dicintai suami.

Pernahkah berkumpul bersama?

Ya sering. Seperti ketika kami berlima menunaikan ibadah haji bersama.

Apakah tidak jadi perhatian banyak orang di sana?

Orang Arab sangat suka melihat kebersamaan kami itu. Kami malah mendapat tempat yang bagus dan dilayani secara khusus. Bila ada semacam seminar yang membahas poligami, istri-istri saya sering tampil bersama. Mereka mengungkapkan secara gamblang bahwa mereka memang bisa memahami dan menerima poligami. Mereka juga berkumpul bersama ketika salah satu istri ada yang punya hajatan seperti menyunatkan anaknya.

Anda harus ada di mana saat lebaran?

Berkumpul di saat lebaran juga bergiliran.

Apakah benar, setiap istri Anda diberi kepemilikan satu outlet Wong Solo?

Tidak. Yang mengelola semua outlet milik saya sendiri adalah orang-orang profesional. Saya hanya memberi nafkah atau dukungan finansial kepada setiap istri sesuai kebutuhan masing-masing. Istri tidak harus ikut menjadi pengusaha, dan tak perlu diarahkan menjadi pengusaha, tapi cukup menunjang usaha suami. Cukup suami saja yang mencari nafkcah, dan saya tak mau melibatkan mereka pada kegiatan usaha. Kalau anak-anak, baik lelaki maupun wanita harus jadi pengusaha.

Apakah tak sayang titel kesarjanaannya?

Seorang istri bergelar sarjana kan tidak harus bekerja di luar rumah. Mengelola rumah tangga, mendidik anak, berperan sebagai kepala rumah tangga ketika saya tak ada di rumah, merupakan karier tersendiri baginya.

Bagaimana Anda nanti membagi warisan kepada istri-istri Anda?

Ya mengikuti syariat yang ada. Dibagi rata empat istri, dan masing-masing istri akan membagi kepada anak-anaknya.

Istri yang memiliki anak terbanyak akan menerima sama besarnya dengan istri yang hanya beranak satu?

Ya. Harta warisan dibagi rata masing-masing istri. Besarnya warisan yang diterima setiap istri bukan tergantung jumlah anaknya. Memang begitu aturan atau hukum Islamnya.

Bagaimana dengan uang belanja mereka?

Saya memberi uang belanja kepada setiap istri sesuai kebutuhan, yang anaknya lebih banyak tentu mendapat uang belanja lebih banyak dibanding istri yang lebih sedikit anaknya.

Anak-anak Anda tidak pernah protes?

Tidak. Kalau sudah mampu mendidik dan memberi pemahaman kepada semua istri soal poligami, anak-anak mereka akan menerimanya.

Bagaimana hubungan Anda dengan anak-anak?

Sangat baik. Saya selalu menyempatkan bersama anak-anak setiap giliran bertemu dengan ibunya. Meskipun hanya seminggu bertemu dengan salah satu istri dan anaknya, tapi pertemuan singkat itu selalu saya usahakan berkualitas. Kan banyak suami yang setiap hari bertemu dengan anak istrinya, tapi tetap tidak harmonis keluarganya.

Saya juga selalu sempatkan menanyakan bagaimana sekolah anak-anak, dan berbincang segala hal dengan mereka. Saya harus bisa menempatkan diri sebagai ayah sekaligus sebagai sahabat. Setiap hari saya juga selalu menyempatkan menelepon mereka.

Bagaimana Anda mendidik anak-anak?

Mendidik anak itu paling utama adalah akhlaknya. Rumah kami seperti pondok pesantren. Kami datangkan guru bahasa Inggris dan guru mengaji ke rumah.

Anak pertama Anda sudah kuliah?

Dia saat ini sedang kuliah bidang akuntansi di Yogyakarta.

Mereka akan meneruskan usaha Anda nantinya?

Ya. Setelah lulus, anak-anak harus ikut mengelola usaha saya. Namun, dia akan diperlakukan sebagai karyawan biasa, ikut pelatihan dan melakukan pekerjaan dari bawah. Ia harus benar-benar profesional. Kalau memang dia punya kemampuan bagus, tak ada salahnya nanti menjadi pimpinan.

Apakah anak-anak Anda tak boleh berkarier sebagai profesional di perusahaan orang lain?

Saya selalu ingin semua anak-anak menjadi entreprenur nantinya. Bidang itu yang paling bagus prospeknya, dan peluang suksesnya juga besar. Itu sudah saya kondisikan kepada mereka sejak kecil. Saat libur, ada yang bekerja di salah satu outlet, menjadi tukang bersih-bersih.

Anda tega memperlakukan anak seperti itu?

Mereka harus mau melakukan itu. Saya ingin menanamkan kemandirian sejak kecil. Mereka saya beri gaji, dan mereka bisa merasakan, kalau mau mendapat uang ya harus bekerja.

Apakah anak laki-laki Anda juga diarahkan agar berpoligami nantinya?

Anak laki-laki saya harus mengikuti jejak saya nantinya dalam soal poligami. Anak lelaki saya yang baru berusia 8 tahun saja sudah pernah membawa tiga teman perempuannya bertemu saya dan ibunya. Ia menyebutnya sebagai pacar-pacarnya. Saya cuma tertawa melihat tingkahnya. Itu baru anak saya, dan itu baru top, he he he.

Anda rela kalau suami anak perempuan Anda juga berpoligami?

Itu bagus. Lebih bagus lagi kalau posisi anak perempuan saya sebagai istri kedua. Ia lebih siap mental dan aman. Kalau ia sebagai istri pertama, akan berat posisinya.

Bagaimana Anda menjaga stamina badan dalam melayani kebutuhan biologis empat istri itu?

Yang paling penting, kondisi pikiran harus sehat dan bahagia. Penyakit kan bisa timbul dari perasaan. Kalau perasaan kita tenang, bahagia, bisa jauh dari penyakit. Saya suka minum jamu tradisional seperti kunyit putih, temulawak, madu, dicampur telur ayam kampung.

Tak perlu obat kuat atau viagra?

Jamu-jamu atau obat itu sebenarnya tak menolong. Jadi jamunya bukan apa tapi siapa.

Bagaimana Anda menjaga kesehatan?

Pola makan tetap saya jaga dengan baik. Banyak makan buah, sayur, ikan laut, dan ayam kampung. Dan di sela kesibukan yang cukup padat, saya sempatkan untuk rutin berenang atau jalan pagi.

Tak ada pantangan makanan?

Tidak. Saya masih suka makan daging kambing seminggu sekali.

Masih sempat menonton film?

Ya. Kadang-kadang saya juga sempatkan jalan-jalan sambil berbelanja bersama anak-anak dan istri. Kami sempat pula berlibur bersama ke daerah pegunungan atau pantai.

Anda masih tertarik melihat wanita cantik?

Sebagai lelaki normal, tentu tertarik melihat perempuan cantik.

Perempuan seperti apa yang paling menarik bagi Anda?

Paling menarik adalah perempuan lembut dan pemalu.

Apakah nantinya masih mau menikah lagi?

Enggak, sudah cukup empat saja.

Memangnya ada larangan untuk beristri lebih dari empat?

Boleh, tapi yang kelima dan seterusnya bukan istri, hamba sahaya sebutannya, dan haknya tidak seperti keempat istri. Tapi saya enggak akan seperti itu.

Kenapa?

Nanti malah akan menimbulkan masalah. Bisa harmonis dengan empat istri ini saja sudah sangat bagus. Kan banyak sekali pria yang hanya beristri satu, namun tak mampu mempertahankan rumah tangganya.

Kapan Anda pensiun?

Pada usia 60 tahun nanti saya akan pensiun. Namun, usaha ini terus berjalan dikelola para profesional dan anak-anak saya. Saat itu saya akan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Jadi sukses berusaha dan bisa masuk surga.

Masih punya obsesi lain?

Nantinya, kalau Wong Solo sudah berada di seluruh kota-kota besar Indonesia, saya punya satu obsesi membangun rumah di Medan dan Jakarta. Di masing-masing kota itu akan saya bangun lima rumah dalam satu lokasi, untuk saya sendiri dan setiap istri. Jadi kalau saya sudah pensiun nanti, bisa berkumpul dengan empat istri dalam satu lokasi, ya semacam Kerajaan Wong Solo begitu, he he he. (ME-05-03/CN02)